MACAM-MACAM PANTUN
- Pantun Adat
Menanam
kelapa di pulau Bukum
Tinggi
sedepa sudah berbuah
Adat
bermula dengan hukum
Hukum
bersandar di Kitabullah
Ikan
berenang didalam lubuk
Ikan
belida dadanya panjang
Adat
pinang pulang ke tampuk
Adat
sirih pulang ke gagang
Lebat
daun bunga tanjung
Berbau
harum bunga cempaka
Adat
dijaga pusaka dijunjung
Baru
terpelihara adat pusaka
Bukan
lebah sembarang lebah
Lebah
bersarang dibuku buluh
Bukan
sembah sembarang sembah
Sembah
bersarang jari sepuluh
Pohon
nangka berbuah lebat
Bilalah
masak harum juga
Berumpun
pusaka berupa adat
Daerah
berluhak alam beraja
- Pantun Agama
Banyak
bulan perkara bulan
Tidak
semulia bulan puasa
Banyak
tuhan perkara tuhan
Tidak
semulia Tuhan Yang Esa
Daun
terap di atas dulang
Anak
udang mati dituba
Dalam
kitab ada terlarang
Yang
haram jangan dicoba
Bunga
kenanga di atas kubur
Pucuk
sari pandan Jawa
Apa
guna sombong dan takabur
Rusak
hati badan binasa
Asam
kandis asam gelugur
Ketiga
asam si riang-riang
Menangis
mayat dipintu kubur
Teringat
badan tidak sembahyang
- Pantun Budi
Bunga
cina di atas batu
Daunnya
lepas kedalam ruang
Adat
budaya tidak berlaku
Sebabnya
emas budi terbuang
Diantara
padi dengan selasih
Yang
mana satu tuan luruhkan
Diantara
budi dengan kasih
Yang
mana satu tuan turutkan
Apa
guna berkain batik
Kalau
tidak dengan sujinya
Apa
guna beristeri cantik
Kalau
tidak dengan budinya
Sarat
perahu muat pinang
Singgah
berlabuh di Kuala Daik
Jahat
berlaku lagi dikenang
Inikan
pula budi yang baik
Anak
angsa mati lemas
Mati
lemas di air masin
Hilang
bahasa karena emas
Hilang
budi karena miskin
Biarlah
orang bertanam buluh
Mari
kita bertanam padi
Biarlah
orang bertanam musuh
Mari
kita menanam budi
Ayam
jantan si ayam jalak
Jaguh
siantan nama diberi
Rezeki
tidak saya tolak
Musuh
tidak saya cari
Jikalau
kita bertanam padi
Senanglah
makan adik-beradik
Jikalau
kita bertanam budi
Orang
yang jahat menjadi baik
Kalau
keladi sudah ditanam
Jangan
lagi meminta balas
Kalau
budi sudah ditanam
Jangan
lagi meminta balas
- Pantun Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun
yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan
sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban,
sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka
diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:
Di
mana kuang hendak bertelur
Di
atas lata dirongga batu
Di
mana tuan hendak tidur
Di
atas dada dirongga susu
Elok
berjalan kota tua
Kiri
kanan berbatang sepat
Elok
berbini orang tua
Perut
kenyang ajaran dapat
Sakit
kaki ditikam jeruju
Jeruju
ada didalam paya
Sakit
hati memandang susu
Susu
ada dalam kebaya
Naik
kebukit membeli lada
Lada
sebiji dibelah tujuh
Apanya
sakit berbini janda
Anak
tiri boleh disuruh
Orang
Sasak pergi ke Bali
Membawa
pelita semuanya
Berbisik
pekak dengan tuli
Tertawa
si buta melihatnya
Jalan-jalan
ke rawa-rawa
Jika
capai duduk di pohon palm
Geli
hati menahan tawa
Melihat
katak memakai helm
Limau
purut di tepi rawa,
buah
dilanting belum masak
Sakit
perut sebab tertawa,
melihat
kucing duduk berbedak
jangan
suka makan mentimun
karna
banyak getahnya
hai
kawan jangan melamun
melamun
itu tak ada gunanya
- Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan adalah
pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan
Adakah
perisai bertali rambut
Rambut
dipintal akan cemara
Adakah
misai tahu takut
Kamipun
muda lagi perkasa
Hang
Jebat Hang Kesturi
Budak-budak
raja Melaka
Jika
hendak jangan dicuri
Mari
kita bertentang mata
Kalau
orang menjaring ungka
Rebung
seiris akan pengukusnya
Kalau
arang tercorong kemuka
Ujung
keris akan penghapusnya
Redup
bintang haripun subuh
Subuh
tiba bintang tak nampak
Hidup
pantang mencari musuh
Musuh
tiba pantang ditolak
Esa
elang kedua belalang
Takkan
kayu berbatang jerami
Esa
hilang dua terbilang
Takkan
Melayu hilang dibumi
- Pantun Kias
Ayam
sabung jangan dipaut
Jika
ditambat kalah laganya
Asam
digunung ikan dilaut
Dalam
belanga bertemu juga
Berburu
kepadang datar
Dapatkan
rusa belang kaki
Berguru
kepalang ajar
Bagaikan
bunga kembang tak jadi
Anak
Madras menggetah punai
Punai
terbang mengirap bulu
Berapa
deras arus sungai
Ditolak
pasang balik kehulu
Kayu
tempinis dari kuala
Dibawa
orang pergi Melaka
Berapa
manis bernama nira
Simpan
lama menjadi cuka
Disangka
nenas di tengah padang
Rupanya
urat jawi-jawi
Disangka
panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari
·
Pantun Nasihat
Kayu
cendana di atas batu
Sudah
diikat dibawa pulang
Adat
dunia memang begitu
Benda
yang buruk memang terbuang
Kemuning
di tengah balai
Bertumbuh
terus semakin tinggi
Berunding
dengan orang tak pandai
Bagaikan
alu pencungkil duri
Parang
ditetak kebatang sena
Belah
buluh taruhlah temu
Barang
dikerja takkan sempurna
Bila
tak penuh menaruh ilmu
Padang
temu padang baiduri
Tempat
raja membangun kota
Bijak
bertemu dengan jauhari
Bagaikan
cincin dengan permata
Ngun
Syah Betara Sakti
Panahnya
bernama Nila Gandi
Bilanya
emas banyak dipeti
Sembarang
kerja boleh menjadi
Jalan-jalan
ke kota Blitar
jangan
lupa beli sukun
Jika
kamu ingin pintar
belajarlah
dengan tekun
- Pantun Percintaan
Coba-coba
menanam mumbang
Moga-moga
tumbuh kelapa
Coba-coba
bertanam sayang
Moga-moga
menjadi cinta
Limau
purut lebat dipangkal
Sayang
selasih condong uratnya
Angin
ribut dapat ditangkal
Hati
yang kasih apa obatnya
Ikan
belanak hilir berenang
Burung
dara membuat sarang
Makan
tak enak tidur tak tenang
Hanya
teringat dinda seorang
Anak
kera di atas bukit
Dipanah
oleh Indera Sakti
Dipandang
muka senyum sedikit
Karena
sama menaruh hati
Ikan
sepat dimasak berlada
Kutunggu
di gulai anak seberang
Jika
tak dapat di masa muda
Kutunggu
sampai beranak seorang
Kalau
tuan pergi ke Tanjung
Kirim
saya sehelai baju
Kalau
tuan menjadi burung
Sahaya
menjadi ranting kayu.
Kalau
tuan pergi ke Tanjung
Belikan
sahaya pisau lipat
Kalau
tuan menjadi burung
Sahaya
menjadi benang pengikat
Kalau
tuan mencari buah
Sahaya
pun mencari pandan
Jikalau
tuan menjadi nyawa
Sahayantun a pun menjadi
badan.
·
Pantun Peribahasa
Berakit-rakit
kehulu
Berenang-renang
ke tepian
Bersakit-sakit
dahulu
Bersenang-senang
kemudian
Ke
hulu memotong pagar
Jangan
terpotong batang durian
Cari
guru tempat belajar
Jangan
jadi sesal kemudian
Kerat
kerat kayu diladang
Hendak
dibuat hulu cangkul
Berapa
berat mata memandang
Barat
lagi bahu memikul
Harapkan
untung menggamit
Kain
dibadan didedahkan
Harapkan
guruh dilangit
Air
tempayan dicurahkan
Pohon
pepaya didalam semak
Pohon
manggis sebasar lengan
Kawan
tertawa memang banyak
Kawan
menangis diharap jangan
- Pantun Perpisahan
Pucuk
pauh delima batu
Anak
sembilang ditapak tangan
Biar
jauh dinegeri satu
Hilang
dimata dihati jangan
Bagaimana
tidak dikenang
Pucuknya
pauh selasih Jambi
Bagaimana
tidak terkenang
Dagang
yang jauh kekasih hati
Duhai
selasih janganlah tinggi
Kalaupun
tinggi berdaun jangan
Duhai
kekasih janganlah pergi
Kalaupun
pergi bertahun jangan
Batang
selasih mainan budak
Berdaun
sehelai dimakan kuda
Bercerai
kasih bertalak tidak
Seribu
tahun kembali juga
Bunga
Cina bunga karangan
Tanamlah
rapat tepi perigi
Adik
dimana abang gerangan
Bilalah
dapat bertemu lagi
Kalau
ada sumur di ladang
Bolehlah
kita menumpang mandi
Kalau
ada umurku panjang
Bolehlah
kita bertemu lagi
- Pantun Teka-teki
Kalau
tuan bawa keladi
Bawakan
juga si pucuk rebung
Kalau
tuan bijak bestari
Binatang
apa tanduk dihidung ?
Beras
ladang sulung tahun
Malam
malam memasak nasi
Dalam
batang ada daun
Dalam
daun ada isi
Terendak
bentan lalu dibeli
Untuk
pakaian saya turun kesawah
Kalaulah
tuan bijak bestari
Apa
binatang kepala dibawah ?
Kalau
tuan muda teruna
Pakai
seluar dengan gayanya
Kalau
tuan bijak laksana
Biji
diluar apa buahnya
Tugal
padi jangan bertangguh
Kunyit
kebun siapa galinya
Kalau
tuan cerdik sungguh
Langit
tergantung mana talinya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar